Secara khusus, masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya menjunjung kelestarian dan keseimbangan hubungan alam dan manusia dalam kehidupan sehari-hari mereka, utamanya tercermin dari kegiatan petanian. Seluruh masyarakat menggarap sawah untuk menanaminya dengan padi hanya setahun sekali seuai dengan perintah leluhur. Hal ini dapat diartikan untuk menjaga kseuburan tanah dan keseimbangan alam. Setiap tahapan dari penanaman hingga pemanenan padi diawali dengan proses ritual adat, syukuran, dan memohon restu kepada sesepuh. Masyarakat juga telah memiliki tata cara menanam, memanen dan mengolah padi yang baku, baik dari waktu pelaksanaan hingga metode yang harus dialakukan. Selama tidak menanam padi, sawah dan huma masyarakat ditanami oleh tanaman lain sepert sayuran dan palawija.
Honje atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama kecombrang (Jawa), kencong atau kincung (Sumatera Utara), bangkot (Bali), dan beberapa nama lainnya, merupakan sejenis tumbuhan rem-pah dan merupakan tumbuhan tahunan ber-bentuk terna yang bunga, buah, serta bijinya dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Honje atau kecombrang termasuk dalam kerajaan plantae dan masih satu keluarga dari zingiber-aceae. Masyarakat Indonesia sering memanfaatkan kecombrang sebagai bahan makanan yang dapat dikonsumsi meskipun dalam keadaan yang mentah. Gambar Honje ( source : tamanhusadagrahafamili.com ) Bagian paling terkenal dari tumbuhan honje ini adalah bunganya. Selain mempunyai banyak nama, bunga honje juga terkenal dalam dunia kuliner. Bunganya yang berwarna merah sering dijadikan sebagai bumbu penyedap berbagai macam masakan Nusantara. Di Jawa Barat, kuntum bunga ini seringkali dilalap atau direbus dan dimakan dengan sambal atau sebagai bahan campuran sayur asam dan pepes ikan. Di
Komentar
Posting Komentar